Maras Taun adalah ritual yang digelar oleh masyarakat Desa Selat Nasik, Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas segala kebaikan dan kemudahan yang dianugerahkan kepada mereka. Secara etimologis, ritual ini berasal dari dua akar kata, yaitu maras dan taun. Maras memiliki arti memotong, sedangkan taun berarti tahun. Secara lebih luas, ritual Maras Taun dapat dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kebaikan yang telah mereka peroleh pada tahun lalu dan sekaligus permohonan perlindungan untuk tahun berikutnya.
Pada awalnya, Maras Taun merupakan ritual yang dilakukan oleh para petani ladang Pulau Mendanau untuk menyambut datangnya musim panen padi. Dalam perkembangan selanjutnya, ritual Maras Taun juga dilakukan oleh para nelayan pulau tersebut. Bila para petani padi ladang menggelar Maras Taun untuk merayakan hasil panen padi yang melimpah, para nelayan menggelar ritual tersebut untuk mensyukuri musim tangkap ikan dan laut yang tenang. Belakangan, ritual yang digelar sekali dalam setahun ini dikemas dalam sebuah paket wisata, sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Mendanau.
Biasanya, ritual Maras Taun digelar selama tiga hari berturut-turut, dengan hari terakhir sebagai puncak acaranya. Prosesi ritual diawali dengan penampilan tari dan lagu Maras Taun yang dibawakan oleh gadis remaja Pulau Mendanau. Dengan menggunakan kebaya khas petani perempuan yang dilengkapi topi caping, para penari tersebut berlenggak-lenggok di hadapan para tamu undangan. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan kesalan, yaitu pembacaan doa bagi keselamatan penduduk yang dipimpin oleh dua orang pemuka adat setempat. Oleh penduduk, bekas air kesalan tersebut dibawa pulang dan kemudian ditaburkan di dalam rumah atau di perahu yang akan digunakan untuk melaut. Ritual ini diakhiri dengan makan bersama dan memperebutkan lepat, yaitu penganan dari beras merah yang dibungkus dengan daun pisang. Agar terasa gurih, lepat biasanya diisi dengan potongan ikan kecil atau daging. Lepat yang diperebutkan itu ada yang berukuran kecil dan ada juga yang berukuran raksasa, yang beratnya mencapai 60 kilogram.
Source: melayuonline.com
Belitungku.com
Belitung News and Entertainment Online,
Portal Berita Belitung dan Hiburan secara Online.
0 komentar:
Posting Komentar