SBY-Anas |
Anak-anak muda kritis, yang lahir dan tumbuh dalam budaya demokrasi, yang bahkan ikut berjuang menjatuhkan orde baru agar salah satunya praktek nepotisme politik dihapuskan, sama sekali tak bersuara melihat kenyataan SBY menjabat berbagai jabatan di Partai Demokrat (PD).
Tercatat, SBY dikukuhkan menjadi Ketua Majelis Tinggi PD sekaligus Ketua Dewan Pembina dan Komisi Pengawas PD.
“Pilihan tersebut tidaklah demokratis dan mengarah ke nepotisme politik ini. Negara kalah karena anak-anak muda kritisnya tiba-tiba tumpul, lumpuh dan ikut dalam ritme suasana perlakuan yang melecehkan adab dan rasionalitas demokrasi,” kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti kepada LICOM, Minggu (31/3/2013).
Bila anak-anak mudanya tidak berani keluar bersuara dan menyatakan sikap menolak praktek pelecehan etika, rasionalitas dan prinsip pengelolaan negara dan partai secara demokratis atau malah mungkin mendukungnya demi kebaikan partai, maka saat itu Negara telah kalah.
Sebab, masa depan negara ada di tangan anak-anak muda ini. Bila mereka adaptatif pada praktek keculasan atas demokrasi, pada ujung-ujungnya mereka tengah membiarkan dirinya terbiasa dengan tindakan dan suasana tidak demokratis berlaku.
“Bukankah negara akan teru menerus terkalahkan jika generasi yang akan mengelola bangsa dan negara ini adalah sekelompok orang yang terbiasa berdamai dengan tindakan tidak demokratis dalam partainya,” sambungnya.
Masih kata Ray, Negara kalah karena kata-kata ideal dalam mengelola bangsa dan negara justru dibajak untuk melegalisasi praktek keculasan dalam berpolitik. Kata-kata santun, demi menjaga keutuhan dan kebaikan partai, prinsip tidak akan melanggengkan nepotisme, visi jangan tergantung pada individu tapi pada sistem dan visi partai, dan sebagainya pada akhirnya hanya menjadi jargon yang prakteknya berbeda dengan seluruh jargon-jargon ideal itu.
“Prinsip-prinsip ideal dalam mengelola bangsa ini takluk dan terkalahkan dalam praktek di lapangan. Bahwa SBY menjadi presiden sekaligus Ketua Umum Partai, Ketua Majelis Tinggi Partai, Ketua Dewan Pembina Partai, Ketua Komite Pengawas Partai, Wakil Ketua Majelis Tinggi dan jabatan sekjen partai dipegang anaknya Edhie Baskoro lebih dari cukup untuk menyatakan bahwa jargon-jargon ideal berbangsa dan bernegara telah dikalahkan. Sangat ironik,” demikian Ray
Sumber: Lensaindonesia
Belitungku.com
Belitung News and Entertainment Online,
Portal Berita Belitung dan Hiburan secara Online.
0 komentar:
Posting Komentar